Di pasar saham kita, mayoritas saham adalah saham-saham lapis tiga alias saham gorengan. Bahkan kalau anda perhatikan dengan detail, mayoritas saham yang baru listing di Bursa, selalu menjadi saham gorengan, dengan tingkat likuiditas saham yang jelek, dan pergerakan saham yang tidak menentu.
Saya juga pernah menuliskan artikel tentang ciri-ciri saham gorengan disini: Kenali Saham Gorengan di Indonesia. Anda bisa baca-baca tentang kriteria saham gorengan, agar anda nggak terjebak dalam saham gorengan ysng berisiko tinggi.
Dalam praktiknya, anda akan menemukan banyak sekali anjuran untuk membeli saham-saham gorengan, dengan iming2 return yang besar, padahal saham2 gorengan ini risikonya tinggi.
Bandar bisa untung besar dari saham gorengan, karena punya duit jumbo dan "kemampuan mengendalikan saham". Tapi untuk anda trader ritel, hal ini akan sangat berisiko buat anda.
Ada banyak risiko saham gorengan: Risiko saham anda nyangkut, rugi (cut loss). Tapi ada lagi risiko yang lebih buruk, boleh saya katakan risiko yang paling buruk kalau anda terus-terusan beli saham gorengan. Risiko terburuk saham gorengan ada dua, yaitu sebagai berikut:
1. Saham nyangkut dan tidak kembali ke harga (beli) anda
Banyak sekali saham gorengan yang harganya nggak balik ke harga awal. Hal ini karena banyak saham gorengan yang sudah 'ditinggal oleh bandar'. Selain itu, saham gorengan punya likuiditas yang sangat jelek.
Dan sekarang ini, saya banyak menemukan saham2 ini pada saham2 yang baru IPO. Anda bisa baca artikel saya disini: Saham IPO yang Menjebak Trader: Studi Kasus Saham SWAT.
Saham2 gorengan yang pergerakan saham dan teknikalnya, sifatnya sangat tidak pasti ini membuat banyak saham gorengan yang pergerakannya sangat tidak menentu.
Saya sering mendengar keluhan2 trader yang sudah bertahun-tahun nyangkut di saham gorengan, harganya nggak pernah balik ke harga awal (bahkan banyak juga yang turun lagi ke Rp50), dan trader juga nggak mendapatkan dividen dari saham2 gorengan tersebut.
Sehingga, tentu kalau anda beli saham gorengan, risikonya modal anda akan "terpenjara". Kalau anda cut loss, kerugian anda juga sangat besar, dan tentu saja hal ini akan mengacaukan portofolio anda.
2. Emitennya pailit / bangkrut
Saya pernah mendapat curhat dari seorang trader yang emitennya pailit (yaitu saham DAJK), di satu sisi trader tersebut memegang sahamnya, dan sahamnya nyangkut sudah beberapa tahun.
Tentu saja, kalau emiten tersebut bangkrut, anda nggak akan bisa mendapatkan profit dari saham tersebut. Jadi itulah risiko yang paling buruk kalau anda selalu membeli saham gorengan.
"Oke, terus kenapa kok saham gorengan ini risikonya emitennya bisa sampai pailit atau nyangkut nggak balik ke harga beli ya Pak Heze?" Tanya anda
Harus anda ketahui, saham2 gorengan mayoritas perusahaannya memiliki fundamental yang buruk. Kalau anda nggak percaya, anda bisa cek sendiri bagaimana kinerja keuangan perusahaan2 yang sahamnya cenderung gorengan.
Entah sering terlambat menyampaikan laporan keuangan, sering rugi bersih, ekuitasnya negatif, dan lain2. Sehingga, walaupun anda seorang trader, tetapi penting bagi anda untuk mempelajari analisa fundamental, agar anda nggak terjebak di saham2 seperti ini.
Logikanya, kalau saham tersebut ramai, diminati trader dan investor, saham beredarnya banyak, maka perusahaan tersebut biasanya adalah perusahaan yang sehat. Yup, harusnya saham2 seperti itulah yang perlu anda tradingkan.
Dengan kata lain, dua risiko terburuk trading di saham gorengan ini bisa menimbulkan risiko yang fatal untuk anda, yaitu anda nggak akan dapat cuan apapun kalau saham anda sudah terlanjur nyangkut parah.
Hal ini beda saat saham anda "nyangkut" di saham2 yang bagus kinerjanya, maka saham2 itu akan lebih mudah balik ke harga awal, dan kemungkinan terburuk kalau saham tersebut belum balik (anda juga nggak rela cut loss), anda masih dapat dividen.
"Berarti kita nggak disarankan main saham gorengan. Begitu kah Pak Heze?" Celetuk anda
Boleh saja anda trading di saham gorengan, tetapi anda harus trading dengan analisa. Jangan trading karena ikut-ikutan, karena mau untung cepat. Dan yang terpenting, anda harus lebih disiplin dalam menetapkan cut loss untuk saham2 gorengan, karena biar bagaimanapun saham gorengan tetaplah saham2 yang berisiko tinggi.
Pesan saya, jangan mudah terpengaruh oleh ajakan2 beli saham gorengan, walaupun kelihatannya saham gorengan ini bisa naik lebih tinggi dibandingkan saham2 likuid lainnya, tetapi risiko di saham gorengan juga sangat berbahaya, sehingga kalau anda sudah kena risiko terburuknya, maka otomatis anda nggak akan bisa dapat profit.
Saya juga pernah menuliskan artikel tentang ciri-ciri saham gorengan disini: Kenali Saham Gorengan di Indonesia. Anda bisa baca-baca tentang kriteria saham gorengan, agar anda nggak terjebak dalam saham gorengan ysng berisiko tinggi.
Dalam praktiknya, anda akan menemukan banyak sekali anjuran untuk membeli saham-saham gorengan, dengan iming2 return yang besar, padahal saham2 gorengan ini risikonya tinggi.
Bandar bisa untung besar dari saham gorengan, karena punya duit jumbo dan "kemampuan mengendalikan saham". Tapi untuk anda trader ritel, hal ini akan sangat berisiko buat anda.
Ada banyak risiko saham gorengan: Risiko saham anda nyangkut, rugi (cut loss). Tapi ada lagi risiko yang lebih buruk, boleh saya katakan risiko yang paling buruk kalau anda terus-terusan beli saham gorengan. Risiko terburuk saham gorengan ada dua, yaitu sebagai berikut:
1. Saham nyangkut dan tidak kembali ke harga (beli) anda
Banyak sekali saham gorengan yang harganya nggak balik ke harga awal. Hal ini karena banyak saham gorengan yang sudah 'ditinggal oleh bandar'. Selain itu, saham gorengan punya likuiditas yang sangat jelek.
Dan sekarang ini, saya banyak menemukan saham2 ini pada saham2 yang baru IPO. Anda bisa baca artikel saya disini: Saham IPO yang Menjebak Trader: Studi Kasus Saham SWAT.
Saham2 gorengan yang pergerakan saham dan teknikalnya, sifatnya sangat tidak pasti ini membuat banyak saham gorengan yang pergerakannya sangat tidak menentu.
Saya sering mendengar keluhan2 trader yang sudah bertahun-tahun nyangkut di saham gorengan, harganya nggak pernah balik ke harga awal (bahkan banyak juga yang turun lagi ke Rp50), dan trader juga nggak mendapatkan dividen dari saham2 gorengan tersebut.
Sehingga, tentu kalau anda beli saham gorengan, risikonya modal anda akan "terpenjara". Kalau anda cut loss, kerugian anda juga sangat besar, dan tentu saja hal ini akan mengacaukan portofolio anda.
2. Emitennya pailit / bangkrut
Saya pernah mendapat curhat dari seorang trader yang emitennya pailit (yaitu saham DAJK), di satu sisi trader tersebut memegang sahamnya, dan sahamnya nyangkut sudah beberapa tahun.
Tentu saja, kalau emiten tersebut bangkrut, anda nggak akan bisa mendapatkan profit dari saham tersebut. Jadi itulah risiko yang paling buruk kalau anda selalu membeli saham gorengan.
Grafik Saham DAJK sebelum pailit. Anda yakin mau beli saham yang grafiknya seperti itu?
"Oke, terus kenapa kok saham gorengan ini risikonya emitennya bisa sampai pailit atau nyangkut nggak balik ke harga beli ya Pak Heze?" Tanya anda
Harus anda ketahui, saham2 gorengan mayoritas perusahaannya memiliki fundamental yang buruk. Kalau anda nggak percaya, anda bisa cek sendiri bagaimana kinerja keuangan perusahaan2 yang sahamnya cenderung gorengan.
Entah sering terlambat menyampaikan laporan keuangan, sering rugi bersih, ekuitasnya negatif, dan lain2. Sehingga, walaupun anda seorang trader, tetapi penting bagi anda untuk mempelajari analisa fundamental, agar anda nggak terjebak di saham2 seperti ini.
Logikanya, kalau saham tersebut ramai, diminati trader dan investor, saham beredarnya banyak, maka perusahaan tersebut biasanya adalah perusahaan yang sehat. Yup, harusnya saham2 seperti itulah yang perlu anda tradingkan.
Dengan kata lain, dua risiko terburuk trading di saham gorengan ini bisa menimbulkan risiko yang fatal untuk anda, yaitu anda nggak akan dapat cuan apapun kalau saham anda sudah terlanjur nyangkut parah.
Hal ini beda saat saham anda "nyangkut" di saham2 yang bagus kinerjanya, maka saham2 itu akan lebih mudah balik ke harga awal, dan kemungkinan terburuk kalau saham tersebut belum balik (anda juga nggak rela cut loss), anda masih dapat dividen.
"Berarti kita nggak disarankan main saham gorengan. Begitu kah Pak Heze?" Celetuk anda
Boleh saja anda trading di saham gorengan, tetapi anda harus trading dengan analisa. Jangan trading karena ikut-ikutan, karena mau untung cepat. Dan yang terpenting, anda harus lebih disiplin dalam menetapkan cut loss untuk saham2 gorengan, karena biar bagaimanapun saham gorengan tetaplah saham2 yang berisiko tinggi.
Pesan saya, jangan mudah terpengaruh oleh ajakan2 beli saham gorengan, walaupun kelihatannya saham gorengan ini bisa naik lebih tinggi dibandingkan saham2 likuid lainnya, tetapi risiko di saham gorengan juga sangat berbahaya, sehingga kalau anda sudah kena risiko terburuknya, maka otomatis anda nggak akan bisa dapat profit.
Post a Comment
Post a Comment